Jumat, 17 Mei 2013




I.  PENDAHULUAN

A.  Latar belakang
Peluang pekerjaan dimasa sekarang ini merupakan hal yang cukup sulit, banyak sekali calon pekerja yang berkeinginan untuk bekerja di instansi pemerintah ataupun swasta.  Tetapi lapangan pekerjaan saat ini sangatlah terbatas dan hal ini menyebapkan semakin bertambah banyaknya jumlah pengangguran yang ada di Indonesia.  Oleh karena itu sebagai calon tenaga kerja, kita harus mampu berfikir kreatif dan inovatif yang mampu membaca peluang serta pandai memanfaatkan peluang tersebut sesuai dengan kemampuan yang di miliki dan tidak terfokus pada satu jenis pekerjaan saja (Yunapritta,H. 1999).
Wirausaha merupakan salah satu usaha untuk mengatasi meningkatnya jumlah pengangguran.  Selain itu juga wirausaha sangat menguntungkan dari segi ekonomi, dalam hal ini sebagian besar kegiatan wirausaha sangat berperan dalam membantu usaha-usaha dalam memenuhi kebutuhan masyarakat banyak, baik secara langsung maupun tidak langsung.  Salah satu usaha yang akan mudah bila dikembangkan adalah pembibitan burung puyuh, hal ini merupakan upaya salah satu cara untuk memenuhi permintaan dan minat masyarakat akan burung puyuh.
Mengapa memilih untuk pembibitan burung puyuh, karena puyuh merupakan salah satu unggas yang sangat potensial untuk dikembangkan dan diambil telur maupun dagingnya.  Dan diantara semua jenis unggas petelur ternyata puyuh termasuk jenis unggas penghasil telir terbesar kedua setelah ayam ras petelur.
Tabel I.  Potensi beberapa unggas dalam menghasilkan telur
Jenis Unggas
Produksi Telur (butir/tahun
Ayam petelur
300 - 360
Puyuh
250 - 300
Itik
200 - 270
Ayam Boiler
190 - 200
Kalkun
200 - 220
Angsa
80   - 100
Merpati
30  -    50
        Sumber :  Deptan 2011
Usaha pembibitan burung puyuh sangat prospektif, hal ini dapat di lihat dari mulai berkembangnya peternak-peternak pemula yang membutuhkan bibit burung puyuh, sedangkan jumlah bibit yang tersedia sangat terbatas.  Kebutuhan bibit burung puyuh masih sangat besar hal ini dapat dilihat dari data populasi burung puyuh.
Tabel  2.  Data Populasi dan Produksi Puyuh pada tahun 2010
No
Provinsi
Populasi (Ekor)
Produksi (Butir/Hari)
1
Jawa Barat
2.000.000
1.500.000
2
Jawa Tengah
25.000.000
18.750.000
3
Yogyakarta
2.000.000
1.500.000
4
Sumatera
2.300.000
1.725.000
5
Kalimantan
17.340
13.000
6
Sulawesi
25.000
18.750
7
N T B dan N T T
115.000
86.250
8
Bali
50.000
37.500
9
Jawa Timur
200.000.000
150.000.000
Jumlah
231.507.340
173.630.500
Sumber :  Asosiasi Peternak Puyuh Indonesia (2010)
Dari hasil pengamatan data-data yang ada serta dari hasil survey dibeberapa daerah, potensi budidaya pembibitan burung puyuh sangat potensial karena semakin banyaknya minat masyarakat yang berminat untuk memelihara burung puyuh.
Puyuh memiliki sifat yang unik, dialam liar Induk betina berperan untuk menghasilkan telur.  Telur-telur ini kadang-kadang di erami oleh Induk betina dan kadang tidak, sehingga populasi puyuh di alam sangatlah sulit untuk berkembang biak, karena itru para peternak yang ingin membibitkan puyuh harus menggunakan teknologi mesin tetas.
Puyuh di alamnya tidak dapat terbang tinggi dalam waktu yang lama, namun mampu berlari kencang dan terbang dalam jarak dekat jika didekati.  Puyuh tumbuh ideal didaerah yang bersuhu 24-30ºC dengan kelembapan 85%.  Puyuh jantan mulai berkicau pada umur 5-6 minggu, selama puncak musim kawin normal maka pejantan akan berkicau setiap malam.  Bobot tubuh pejantan lebih ringan dari pada puyuh betina.
Warna bulu puyuh betina mirip dengan pejantan, hanya dibedakan bulu pada kerongkongan dan dada bagian atas yang warnanya lebih sedikit terang dengan dihiasi totol-totol berwarna coklat tua.  Puyuh mengalami dewasa kelamin pada umur 40-45 hari dan setelah itu akan mulai bertelur, puyuh akan bertelur selama 15-18 bulan tergantung dari kualitas bibit dan nutrisi pakan yang diberikan.  Rata-rata produksi telur dalam satu populasi berkisar 78-85%.
Sebagian besar peternak hanya memelihara puyuh untuk menghasilkan telur untuk konsumsi, sangat jarang yang melakukan pembibitan atau penetasan telur sendiri.  Karena itu peternak sering kesulitan memperoleh bibit puyuh penghasil telur konsumsi yang ber kwalitas, sedangkan jenis bibit puyuh yang beredar dipasaran sudah sering mengalami perkawinan sedarah sehingga bibit yang dihasilkan  kurang bagus dan memiliki produktivitas yang rendah.
Peluang usaha pembibitan burung puyuh terbilang sangat prospektif mengingat kebutuhan bibit dan telur puyuh di daerah Tugumulyo  dan sekitarnya yang semakin meningkat.  Bibit yang bermutu merupakan kunci sukses dalam berternak puyuh, jika kita salah membeli bibit puyuh maka bukan untung yang kita peroleh melainkan kerugian yang besar.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya maka masalah yang akan diteliti pada praktek lapangan yaitu:
1.  Bagaimana peluang Agribisnis pembibitan burung puyuh yang ada saat  
     ini di Desa Tugumulyo Kec. Lempuing Kab. Ogan Komering Ilir.
2.  Bagaimana teknik pembibitan burung puyuh yang baik dengan 
     menggunakan teknologi mesin tetas.

C.  Tujuan dan Kegunaan
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan praktek lapangan yang akan dilakukan yaitu:
1.  Untuk mengetahui prospek Agribisnis pembibitan burung puyuh di 
     Desa Tugumulyo Kecamatan Lempuing Kabupaten Ogan Komering Ilir    
     dan sekitarnya.
2.  Untuk menambah wawasan dan Ilmu bagi Mahasiswa tentang cara 
     pembibitan burung puyuh yang baik.


II.  TINJAUAN PUSTAKA

A.  Konsep Usaha Tani
            Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu.  Burung puyuh disebut juga “Gemak”(Bhs.Jawa-Indonesia).  Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung(liar) yang pertama kali ditemukan di Amerika Serikat pada Tahun 1870.  Kemudian terus dikembangkan ke penjuru Dunia.  Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternakkan semenjak akhir tahun 1979.  Kini mulai bermunculan dikandang-kandang ternak seluruh indonesia.  Sentra peternakan burung puyuh banyak perdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Bali, dll.

Klasifikasi Ilmiah Burung Puyuh:

Kelas               :  Aves (Bangsa Burung)
Ordo                :  Galiformes
Sub Ordo        :  Phasianoidae
Famili              :  Phasianidae
Sub Famili       :  Phasianinae
Genus              :  Coturnik
Species            :  Coturnik coturnik Japonica
           

Beberapa manfaat yang dihasilkan dalam Budidaya puyuh:
1)  Telur dan dagingnya mempunyai nilai gizi dan rasa yang lezat.
2)  Bulunya sebagai bahan aneka kerajinan atau perabotan rumah tangga yang
 lainnya.
3)  Kotorannya sebagai pupuk kandang atau kompos yang baik dan dapat
digunakan sebagai pupuk pada tanaman.

            Dalam pemeliharaan burung puyuh ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantara lain yaitu:
1)  Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk.
2)  Lokasi mempunyai jalur strategin trasportasi, terutama jalur sapronak dan
      jalur-jalur pemasaran.
3)  Lokasi terpilih terbebas dari kawasan wabah penyakit.
4)  Bukan merupakan daerah rawan banjir.
5)  Merupakan daerah yang selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.

            Ada beberapa jenis-jenis puyuh yang hidup di muka Bumi, yaitu Puyuh tegalan(Turnik susciatori), Puyuh kuning(Turnik sulvatica), Puyuh punggung hitam(Turnik maculosa), Puyuh mahkota(Rollulus raulraul), Puyuh gonggong jawa(Arborophila orientalis), Blue breasted quail(Cortunik chinensis), dan Puyuh jepang(Coturnikcoturnik japonica).  Diantara jenis puyuh diatas Coturnikcoturnik japonica merupakan jenis puyuh yang biasa ditrnakkan untuk diambil telur dan dagingnya.  Selain berdasarkan jenis puyuh, dikalangan peternak jenis puyuh dibedakan berdasarkan warna bulu diantaranya puyuh berwarna cokelat,hitam dan putih(albino).
            Puyuh merupakan salah satu unggas yang bertubuh kecil, sehingga teknik perkawinan dilakukan secara alami dan sampai saat ini proses kawin suntik masih sangat tidak efesien dan efektif jika dilakukan pada burung puyuh.  Jadi proses perkawinan pada burung puyuh dilakukan secara alami dengan mencampurkan beberapa puyuh pejantan puyuh betina didalam kandang yang sama hingga puyuh betina menghasilkan telur yang fertil(dibuahi).
            Agar menghasilkan telur tetas tinggi perlu dibuat perbandingan antara puyuh jantan dan puyuh betina yaitu 1 : 4, jadi untuk kandang boxs ukuran 100 x 60 x 30 cm dapat dimasukkan  puyuh sebanyak 35 ekor diantaranya puyuh jantan 7 ekor dan puyuh betina 28 ekor.  Puyuh betina yang berhasil melakukan perkawinan alami akan ditandai  dengan kerontokan bulu pada sekitar punggungnya dan sekitar kepala.
            Mesin tetas merupakan peralatan utama yang dibutuhkan dalam melakukan pembibitan burung puyuh dan digunakan untuk menetaskan telur-telur yang sudah dibuahi.  Prinsip utama mesin tetas yaitu menggantikan fungsi induk sebagai pengeram alami dengan cara memberikan perlakuan suhu, kelembapan sesuai kondisi yang dibutuhkan telur untuk dapat menetas.
            Mesin tetas dapat dibeli atau dibuat sendiri dengan bahan dari kayu, triplek, kardus, dll.  Untuk ukuran sendiri harus disesuaikan dengan kebutuhan.  Mesin tetas harus dilengkapi dengan rak telur dan pintu berkaca untuk melihat kedalam mesin tetas, selain itu dilengkapi juga dengan thermostat(pengatur suhu otomatis), sumber pemanas bisa berupa lampu teplok, pijar, atau kumparan kawat, serta nampan yang berisi air yang berfungsi sebagai pengatur kelembapan.  Untuk harga mesin tetas sangat bervariatif tergantung dari jenis, volume, bahan yang digunakan, dan lain-lain.
            Bibit yang bermutu merupakan kunci sukses dalam berternak puyuh, untuk memenuhi kebutuhan bibit burung puyuh maka perlu adanya pihak yang memulai pembibitan dengan mutu yang lebih terjamin.

B.  Teknis Budidaya
            Sebagian besar peternak hanya memmelihara puyuh untuk menghasilkan telur konsumsi.  Sangat jarang yang melakukan proses pembibitan atau penetasan telur sendiri, karena itu peternak sering kesulitan memperoleh bibit puyuh penghasil telur konsumsi yang berkualitas.  Jenis bibit puyuh yang beredar di pasaran sudah sering mengalami perkawinan sedarah, sehingga bibit yang dihasilkan kurang berkualitas dan memiliki produktivitas rendah.
            Dalam memperoleh bibit puyuh dapat dilakukan dengan cara membibitkan sendiri, menetaskan telur yang dibeli dari peternak lain, atau langsung membeli bibit burung puyuh berumur satu hari (DOQ).  Membeli telur tetas dan menetaskan sendiri adalah cara yang paling sering dilakukan oleh peternak terutama yang lokasinya jauh dari sentra pembibitan.  Kelebihan dalam melakukan pembibitan sendiri adalah untuk menjaga-jaga jika tidak adanya stok bibit puyuh dipasaran, selain itu peluang usaha pembibitan terbilang sangat prospektif mengingat kebutuhan bibit dan telur puyuh yang semakin tinggi. Puyuh merupakan unggas bertubuh kecil, sehingga teknik perkawinan dilakukan secara alami.  Berikut beberapa cara dalam melakukan pembibitan burung puyuh:

1.  Menyiapkan kandang untuk indukan
            Kandang pembibitan dibutuhkan untuk tempat hidup puyuh betina dan puyuh pejantan, kandang ini dapat digunakan untuk menghasilkan telur tetes.  Karena itu kontruksi kandang yang digunakan sangat berpengaruh terhadap telur tetas yang dihasilkan, jenis kandang yang digunakan bisa berupa boks yang bertingkat keatas atau kandang lantai yang langsung ditanah atau alas lainnya.

2.  Seleksi indukan dan pejantan
            Proses pembibitan tentu tidak lepas dari tahapan atau seleksi indukan yang berkualitas.  Pemilihan bakalan atau bibit calon indukan sangatlah penting karena bertujuan untuk menghasilkan keturunan yang jelas asal usulnya.  Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan:

2.1.  Syarat betina unggul
            Untuk menghasilkan telur tetas dengan daya tetas tinggi, bermutu, dan unggul maka diperlukan indukan yang berkualitas dan memiliki sifat-sifat unggul seperti:
Ø  Berasal dari strain puyuh dengan produktivitas yang tinggi.
Ø  Puyuh betina berasal dari daerah yang berbeda dengan puyuh jantan untuk menghindari perkawinan sedarah(inbreeding).
Ø  Induk betina berumur minimal 2.5 bulan.
2.2.  Syarat pejantan unggul
            Selain indukan yang berkualitas baik, dalam proses perkawinan puyuh sangat diperlukan kehadiran jantan yang berkualitas tinggi.  Berikut beberapa persyaratan calon puyuh pejantan yang bisa digunakan:
Ø  Puyuh jantan berumur lebih muda dari puyuh betina dan berumur
            minimal 2 bulan dan maksimum 8 bulan.
Ø  Penampilan fisik baik, sehat, lincah, dan tidak cacat serta berpostur
            tubuh normal.

3.  Proses kawin alami pada burung puyuh.
            Pemeliharaan puyuh dilakukan secara intensif dengan menempatkan puyuh didalam kandang secara terus menerus dan proses perkawinan puyuh memerlukan campur tangan manusia dan berikut proses mengawinkan puyuh secara alami.

3.1.  Masukkan puyuh jantan berumur 2 bulan sebanyak 7 ekor dan 28 ekor puyuh  betina yang berumur 2.5 bulan kedalam kandang berukuran 100 x 60 x 30 cm.
3.2.  Biasanya setelah 4-7 hari telur yang dihasilkan umumnya sudah fertil dan
telur fertil ini hanya dapat dipanen selama 8 bulan, karena setelah lewat 8 bulan telur yang dihasilkan sudah menurun fertilitasnya, sehingga lebih baik digunakan sebagai telur konsumsi dan yang pejantan bisa dijual ke puyuh pedaging.
3.3.  Untuk menjaga ketersediaan bibit, dilakukan peremajaan di setiap 6-8 bula sekali.

4.  Seleksi telur tetas
            Setelah dipanen, telur yang akan ditetaskan harus disortasi dahulu dengan tujuan untuk memisahkan telur yang berkualitas dan yang cacat.  Beberapa ciri-ciri telur yang layak untuk ditetaskan:
            1.  Cangkang halus, bersih, dan tidak retak.
            2.  Bentuk oval(bulat telur) normal.
            3.  Ketebalan cangkang ideal dan mempunyai ukuran standar.
            4.  Warna kerabag telur normal.
            5.  Telur maksimal berumur 4 hari.

5.  Penetasan telur
            Di alamnya puyuh terkadang dierami oleh puyuh betina namun sering kali jika diternakkan puyuh betina tidak mau mengerami telurnya sendiri, sehingga harus ditetaskan sendiri oleh peternak.

6.  Pemeliharaan puyuh DOQ (Day Old Quail)
            Setelah puyuh menetas bibit puyuh bisa langsung dijual atau dipelihara dulu sehingga anakan puyuh benar-benar menjadi bibit unggul yang siap dijual dengan harga yang lebih mahal dan menguntungkan.

7.  Pencegahan dan pengendalian penyakit
            Puyuh termasuk jenis unggas yang relative tahan terhadap serangan penyakit.  Persentase kematian puyuh lebih banyak disebapkan cuaca yang dingin dan akibat terjatuh dari kandang serta terhimpit sesama puyuh.  Karena itu untuk mencegah tingkat kematian perlu diperlukan beberapa perawatan kesehatan antara lain:
            1.  Menjaga kebersihan/sanitasi kandang.
            2.  Memberikan Vaksinasi.
            3.  Memberikan nutrisi yang cukup.

C.  Pemasaran
            Hampir semua orang menyukai telur puyuh, bentuknya yang mungil membuat banyak orang lebih menyukai telur puyuh dan sering dijadikan sebagai camilan atau lauk utama.  Bukan hanya telur yang disukai masyarakat, daging puyuh sebenarnya sudah sering dikonsumsi masyarakat, rasanya yang gurih dan tidak memiliki banyak lemak membuat daging puyuh digemari banyak orang.  Dalam hal pemasaran, berbagai pesanan seperti telur tetas, bibit puyuh(DOQ), bibit puyuh stater, bibit puyuh grower, dll.  Pesanan datang dari berbagai daerah dengan tingkat harga bervariatif.









III.  PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANGAN

A.  Tempat dan Waktu
            Pelaksanaan praktek lapangan dilakukan di Desa Tugumulyo kecamatan Lempuing Kabupaten Ogan Komering Ilir.  Penentuan lokasi dilakukan dengan sengaja(purposive) dan dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut berpotensi dalam Agribisnis pembibitan burung puyuh(Cortunik cortunik japonica).  Kegiatan praktek lapangan akan dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga februari 2012.

B.  Alat dan Bahan
            Dalam pelaksanaan praktek lapangan(PL) ini, alat yang dipergunakan adalah buku tulis, pena/pensil, alat perekam, alat pengambil gambar, dll.  Sedangkan bahan yang digunakan  berupa perangkat mesin tetas, telur, indukan, petani contoh, daftar quisioner, dll.

C.  Metode Praktek Lapangan
            Metode yang digunakan dalam penelitian praktek lapangan ini adalah metode studi kasus(case study) terhadap peternak burung puyuh yang mengusahakan pembibitan dan penetasan burung puyuh di Desa Tugumulyo Kecamatan Lempuing Kabupaten Ogan Komering Ilir.  Tujuan dari metode kasus (case study) adalah dapat digunakan untuk mengamati data masalah yang dijadikan objek penelitian, dimana pada metode ini merupakan suatu bagian dengan mengambil satu orang petani contoh sebagai responden.  Sampling disini adalah peternak yang melakukan pembibitan dan penetasan burung puyuh.

D.  Metode penarikan contoh dan pengumpulan data
            Metode yang dilakukan adalah metode observasi dan partisipasi langsung, serta tinjauan pustaka untuk mampu mengumpulkan data-data yang kongkrit.  Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data skunder.  Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dan pengamatan dilapangan dengan cara mengisi data quisioner yang telah disiapkan, sedangkan data skunder merupakan data penunjang yang diperoleh dari instansi dan di dukung pustaka-pustaka yang lain.


DAFTAR PUSTAKA