I.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Peluang pekerjaan dimasa sekarang
ini merupakan hal yang cukup sulit, banyak sekali calon pekerja yang
berkeinginan untuk bekerja di instansi pemerintah ataupun swasta. Tetapi lapangan pekerjaan saat ini sangatlah terbatas
dan hal ini menyebapkan semakin bertambah banyaknya jumlah pengangguran yang
ada di Indonesia. Oleh karena itu
sebagai calon tenaga kerja, kita harus mampu berfikir kreatif dan inovatif yang
mampu membaca peluang serta pandai memanfaatkan peluang tersebut sesuai dengan
kemampuan yang di miliki dan tidak terfokus pada satu jenis pekerjaan saja
(Yunapritta,H. 1999).
Wirausaha merupakan salah satu
usaha untuk mengatasi meningkatnya jumlah pengangguran. Selain itu juga wirausaha sangat
menguntungkan dari segi ekonomi, dalam hal ini sebagian besar kegiatan
wirausaha sangat berperan dalam membantu usaha-usaha dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat banyak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu usaha yang akan mudah bila
dikembangkan adalah pembibitan burung puyuh, hal ini merupakan upaya salah satu
cara untuk memenuhi permintaan dan minat masyarakat akan burung puyuh.
Mengapa memilih untuk pembibitan
burung puyuh, karena puyuh merupakan salah satu unggas yang sangat potensial
untuk dikembangkan dan diambil telur maupun dagingnya. Dan diantara semua jenis unggas petelur
ternyata puyuh termasuk jenis unggas penghasil telir terbesar kedua setelah
ayam ras petelur.
Tabel I. Potensi
beberapa unggas dalam menghasilkan telur
Jenis Unggas
|
Produksi Telur (butir/tahun
|
Ayam petelur
|
300 - 360
|
Puyuh
|
250 - 300
|
Itik
|
200 - 270
|
Ayam Boiler
|
190 - 200
|
Kalkun
|
200 - 220
|
Angsa
|
80
- 100
|
Merpati
|
30
- 50
|
Sumber : Deptan 2011
Usaha pembibitan burung puyuh
sangat prospektif, hal ini dapat di lihat dari mulai berkembangnya
peternak-peternak pemula yang membutuhkan bibit burung puyuh, sedangkan jumlah
bibit yang tersedia sangat terbatas.
Kebutuhan bibit burung puyuh masih sangat besar hal ini dapat dilihat
dari data populasi burung puyuh.
Tabel 2. Data
Populasi dan Produksi Puyuh pada tahun 2010
No
|
Provinsi
|
Populasi (Ekor)
|
Produksi (Butir/Hari)
|
1
|
Jawa Barat
|
2.000.000
|
1.500.000
|
2
|
Jawa Tengah
|
25.000.000
|
18.750.000
|
3
|
Yogyakarta
|
2.000.000
|
1.500.000
|
4
|
Sumatera
|
2.300.000
|
1.725.000
|
5
|
Kalimantan
|
17.340
|
13.000
|
6
|
Sulawesi
|
25.000
|
18.750
|
7
|
N T B dan N T T
|
115.000
|
86.250
|
8
|
Bali
|
50.000
|
37.500
|
9
|
Jawa Timur
|
200.000.000
|
150.000.000
|
Jumlah
|
231.507.340
|
173.630.500
|
Sumber : Asosiasi Peternak Puyuh Indonesia (2010)
Dari hasil pengamatan data-data
yang ada serta dari hasil survey dibeberapa daerah, potensi budidaya pembibitan
burung puyuh sangat potensial karena semakin banyaknya minat masyarakat yang
berminat untuk memelihara burung puyuh.
Puyuh memiliki sifat yang unik,
dialam liar Induk betina berperan untuk menghasilkan telur. Telur-telur ini kadang-kadang di erami oleh Induk
betina dan kadang tidak, sehingga populasi puyuh di alam sangatlah sulit untuk
berkembang biak, karena itru para peternak yang ingin membibitkan puyuh harus
menggunakan teknologi mesin tetas.
Puyuh di alamnya tidak dapat
terbang tinggi dalam waktu yang lama, namun mampu berlari kencang dan terbang
dalam jarak dekat jika didekati. Puyuh
tumbuh ideal didaerah yang bersuhu 24-30ºC dengan kelembapan 85%. Puyuh jantan mulai berkicau pada umur 5-6
minggu, selama puncak musim kawin normal maka pejantan akan berkicau setiap
malam. Bobot tubuh pejantan lebih ringan
dari pada puyuh betina.
Warna bulu puyuh betina mirip
dengan pejantan, hanya dibedakan bulu pada kerongkongan dan dada bagian atas
yang warnanya lebih sedikit terang dengan dihiasi totol-totol berwarna coklat
tua. Puyuh mengalami dewasa kelamin pada
umur 40-45 hari dan setelah itu akan mulai bertelur, puyuh akan bertelur selama
15-18 bulan tergantung dari kualitas bibit dan nutrisi pakan yang
diberikan. Rata-rata produksi telur
dalam satu populasi berkisar 78-85%.
Sebagian besar peternak hanya
memelihara puyuh untuk menghasilkan telur untuk konsumsi, sangat jarang yang
melakukan pembibitan atau penetasan telur sendiri. Karena itu peternak sering kesulitan
memperoleh bibit puyuh penghasil telur konsumsi yang ber kwalitas, sedangkan
jenis bibit puyuh yang beredar dipasaran sudah sering mengalami perkawinan
sedarah sehingga bibit yang dihasilkan
kurang bagus dan memiliki produktivitas yang rendah.
Peluang usaha pembibitan burung
puyuh terbilang sangat prospektif mengingat kebutuhan bibit dan telur puyuh di
daerah Tugumulyo dan sekitarnya yang
semakin meningkat. Bibit yang bermutu
merupakan kunci sukses dalam berternak puyuh, jika kita salah membeli bibit
puyuh maka bukan untung yang kita peroleh melainkan kerugian yang besar.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya
maka masalah yang akan diteliti pada praktek lapangan yaitu:
1. Bagaimana peluang Agribisnis pembibitan
burung puyuh yang ada saat
ini di Desa Tugumulyo Kec. Lempuing Kab.
Ogan Komering Ilir.
2. Bagaimana teknik pembibitan burung puyuh yang
baik dengan
menggunakan teknologi mesin tetas.
C.
Tujuan dan Kegunaan
Berdasarkan permasalahan yang
ada, maka tujuan praktek lapangan yang akan dilakukan yaitu:
1. Untuk mengetahui prospek Agribisnis pembibitan
burung puyuh di
Desa Tugumulyo Kecamatan Lempuing
Kabupaten Ogan Komering Ilir
dan sekitarnya.
2. Untuk menambah wawasan dan Ilmu bagi
Mahasiswa tentang cara
pembibitan burung puyuh yang baik.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep Usaha Tani
Puyuh
merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki
pendek dan dapat diadu. Burung puyuh
disebut juga “Gemak”(Bhs.Jawa-Indonesia).
Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung(liar) yang
pertama kali ditemukan di Amerika Serikat pada Tahun 1870. Kemudian terus dikembangkan ke penjuru Dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal,
dan diternakkan semenjak akhir tahun 1979.
Kini mulai bermunculan dikandang-kandang ternak seluruh indonesia. Sentra peternakan burung puyuh banyak
perdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Bali, dll.
Klasifikasi
Ilmiah Burung Puyuh:
Kelas : Aves (Bangsa
Burung)
Ordo : Galiformes
Sub Ordo : Phasianoidae
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianinae
Genus : Coturnik
Species : Coturnik coturnik Japonica
Beberapa manfaat
yang dihasilkan dalam Budidaya puyuh:
1)
Telur dan dagingnya mempunyai nilai gizi dan rasa yang lezat.
2)
Bulunya sebagai bahan aneka kerajinan atau perabotan rumah tangga yang
lainnya.
3)
Kotorannya sebagai pupuk kandang atau kompos yang baik dan dapat
digunakan sebagai pupuk pada
tanaman.
Dalam
pemeliharaan burung puyuh ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantara
lain yaitu:
1)
Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk.
2)
Lokasi mempunyai jalur strategin trasportasi, terutama jalur sapronak
dan
jalur-jalur pemasaran.
3)
Lokasi terpilih terbebas dari kawasan wabah penyakit.
4)
Bukan merupakan daerah rawan banjir.
5)
Merupakan daerah yang selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.
Ada
beberapa jenis-jenis puyuh yang hidup di muka Bumi, yaitu Puyuh tegalan(Turnik susciatori), Puyuh kuning(Turnik sulvatica), Puyuh punggung hitam(Turnik maculosa), Puyuh mahkota(Rollulus raulraul), Puyuh gonggong jawa(Arborophila orientalis), Blue breasted
quail(Cortunik chinensis), dan Puyuh
jepang(Coturnikcoturnik japonica). Diantara jenis puyuh diatas Coturnikcoturnik japonica merupakan jenis puyuh yang biasa ditrnakkan untuk diambil
telur dan dagingnya. Selain berdasarkan
jenis puyuh, dikalangan peternak jenis puyuh dibedakan berdasarkan warna bulu
diantaranya puyuh berwarna cokelat,hitam dan putih(albino).
Puyuh
merupakan salah satu unggas yang bertubuh kecil, sehingga teknik perkawinan
dilakukan secara alami dan sampai saat ini proses kawin suntik masih sangat
tidak efesien dan efektif jika dilakukan pada burung puyuh. Jadi proses perkawinan pada burung puyuh
dilakukan secara alami dengan mencampurkan beberapa puyuh pejantan puyuh betina
didalam kandang yang sama hingga puyuh betina menghasilkan telur yang
fertil(dibuahi).
Agar
menghasilkan telur tetas tinggi perlu dibuat perbandingan antara puyuh jantan
dan puyuh betina yaitu 1 : 4, jadi untuk kandang boxs ukuran 100 x 60 x 30 cm
dapat dimasukkan puyuh sebanyak 35 ekor diantaranya
puyuh jantan 7 ekor dan puyuh betina 28 ekor.
Puyuh betina yang berhasil melakukan perkawinan alami akan ditandai dengan kerontokan bulu pada sekitar
punggungnya dan sekitar kepala.
Mesin
tetas merupakan peralatan utama yang dibutuhkan dalam melakukan pembibitan
burung puyuh dan digunakan untuk menetaskan telur-telur yang sudah
dibuahi. Prinsip utama mesin tetas yaitu
menggantikan fungsi induk sebagai pengeram alami dengan cara memberikan
perlakuan suhu, kelembapan sesuai kondisi yang dibutuhkan telur untuk dapat
menetas.
Mesin
tetas dapat dibeli atau dibuat sendiri dengan bahan dari kayu, triplek, kardus,
dll. Untuk ukuran sendiri harus
disesuaikan dengan kebutuhan. Mesin
tetas harus dilengkapi dengan rak telur dan pintu berkaca untuk melihat kedalam
mesin tetas, selain itu dilengkapi juga dengan thermostat(pengatur suhu
otomatis), sumber pemanas bisa berupa lampu teplok, pijar, atau kumparan kawat,
serta nampan yang berisi air yang berfungsi sebagai pengatur kelembapan. Untuk harga mesin tetas sangat bervariatif
tergantung dari jenis, volume, bahan yang digunakan, dan lain-lain.
Bibit
yang bermutu merupakan kunci sukses dalam berternak puyuh, untuk memenuhi
kebutuhan bibit burung puyuh maka perlu adanya pihak yang memulai pembibitan
dengan mutu yang lebih terjamin.
B.
Teknis Budidaya
Sebagian besar peternak hanya
memmelihara puyuh untuk menghasilkan telur konsumsi. Sangat jarang yang melakukan proses
pembibitan atau penetasan telur sendiri, karena itu peternak sering kesulitan
memperoleh bibit puyuh penghasil telur konsumsi yang berkualitas. Jenis bibit puyuh yang beredar di pasaran
sudah sering mengalami perkawinan sedarah, sehingga bibit yang dihasilkan
kurang berkualitas dan memiliki produktivitas rendah.
Dalam
memperoleh bibit puyuh dapat dilakukan dengan cara membibitkan sendiri,
menetaskan telur yang dibeli dari peternak lain, atau langsung membeli bibit
burung puyuh berumur satu hari (DOQ).
Membeli telur tetas dan menetaskan sendiri adalah cara yang paling
sering dilakukan oleh peternak terutama yang lokasinya jauh dari sentra
pembibitan. Kelebihan dalam melakukan
pembibitan sendiri adalah untuk menjaga-jaga jika tidak adanya stok bibit puyuh
dipasaran, selain itu peluang usaha pembibitan terbilang sangat prospektif
mengingat kebutuhan bibit dan telur puyuh yang semakin tinggi. Puyuh merupakan
unggas bertubuh kecil, sehingga teknik perkawinan dilakukan secara alami. Berikut beberapa cara dalam melakukan
pembibitan burung puyuh:
1. Menyiapkan kandang untuk indukan
Kandang pembibitan
dibutuhkan untuk tempat hidup puyuh betina dan puyuh pejantan, kandang ini
dapat digunakan untuk menghasilkan telur tetes.
Karena itu kontruksi kandang yang digunakan sangat berpengaruh terhadap
telur tetas yang dihasilkan, jenis kandang yang digunakan bisa berupa boks yang
bertingkat keatas atau kandang lantai yang langsung ditanah atau alas lainnya.
2. Seleksi indukan dan pejantan
Proses
pembibitan tentu tidak lepas dari tahapan atau seleksi indukan yang
berkualitas. Pemilihan bakalan atau
bibit calon indukan sangatlah penting karena bertujuan untuk menghasilkan
keturunan yang jelas asal usulnya.
Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan:
2.1. Syarat betina unggul
Untuk
menghasilkan telur tetas dengan daya tetas tinggi, bermutu, dan unggul maka
diperlukan indukan yang berkualitas dan memiliki sifat-sifat unggul seperti:
Ø
Berasal dari strain puyuh dengan produktivitas
yang tinggi.
Ø
Puyuh betina berasal dari daerah yang berbeda
dengan puyuh jantan untuk menghindari perkawinan sedarah(inbreeding).
Ø
Induk betina berumur minimal 2.5 bulan.
2.2. Syarat pejantan unggul
Selain
indukan yang berkualitas baik, dalam proses perkawinan puyuh sangat diperlukan
kehadiran jantan yang berkualitas tinggi.
Berikut beberapa persyaratan calon puyuh pejantan yang bisa digunakan:
Ø
Puyuh jantan berumur lebih muda dari puyuh
betina dan berumur
minimal 2 bulan dan maksimum 8 bulan.
Ø
Penampilan fisik baik, sehat, lincah, dan tidak
cacat serta berpostur
tubuh normal.
3. Proses kawin alami pada burung puyuh.
Pemeliharaan
puyuh dilakukan secara intensif dengan menempatkan puyuh didalam kandang secara
terus menerus dan proses perkawinan puyuh memerlukan campur tangan manusia dan
berikut proses mengawinkan puyuh secara alami.
3.1.
Masukkan puyuh jantan berumur 2 bulan sebanyak 7 ekor dan 28 ekor puyuh betina yang berumur 2.5 bulan kedalam kandang
berukuran 100 x 60 x 30 cm.
3.2. Biasanya setelah 4-7 hari telur yang
dihasilkan umumnya sudah fertil dan
telur fertil ini hanya dapat dipanen
selama 8 bulan, karena setelah lewat 8 bulan telur yang dihasilkan sudah
menurun fertilitasnya, sehingga lebih baik digunakan sebagai telur konsumsi dan
yang pejantan bisa dijual ke puyuh pedaging.
3.3.
Untuk menjaga ketersediaan bibit, dilakukan peremajaan di setiap 6-8
bula sekali.
4. Seleksi telur tetas
Setelah dipanen, telur yang akan
ditetaskan harus disortasi dahulu dengan tujuan untuk memisahkan telur yang
berkualitas dan yang cacat. Beberapa
ciri-ciri telur yang layak untuk ditetaskan:
1. Cangkang halus, bersih, dan tidak retak.
2. Bentuk oval(bulat telur) normal.
3. Ketebalan cangkang ideal dan mempunyai ukuran
standar.
4. Warna kerabag telur normal.
5. Telur maksimal berumur 4 hari.
5. Penetasan telur
Di alamnya puyuh terkadang
dierami oleh puyuh betina namun sering kali jika diternakkan puyuh betina tidak
mau mengerami telurnya sendiri, sehingga harus ditetaskan sendiri oleh
peternak.
6. Pemeliharaan puyuh DOQ (Day Old Quail)
Setelah puyuh menetas bibit
puyuh bisa langsung dijual atau dipelihara dulu sehingga anakan puyuh
benar-benar menjadi bibit unggul yang siap dijual dengan harga yang lebih mahal
dan menguntungkan.
7. Pencegahan dan pengendalian penyakit
Puyuh
termasuk jenis unggas yang relative tahan terhadap serangan penyakit. Persentase kematian puyuh lebih banyak
disebapkan cuaca yang dingin dan akibat terjatuh dari kandang serta terhimpit
sesama puyuh. Karena itu untuk mencegah
tingkat kematian perlu diperlukan beberapa perawatan kesehatan antara lain:
1. Menjaga kebersihan/sanitasi kandang.
2. Memberikan Vaksinasi.
3. Memberikan nutrisi yang cukup.
C.
Pemasaran
Hampir semua orang menyukai
telur puyuh, bentuknya yang mungil membuat banyak orang lebih menyukai telur
puyuh dan sering dijadikan sebagai camilan atau lauk utama. Bukan hanya telur yang disukai masyarakat,
daging puyuh sebenarnya sudah sering dikonsumsi masyarakat, rasanya yang gurih
dan tidak memiliki banyak lemak membuat daging puyuh digemari banyak
orang. Dalam hal pemasaran, berbagai
pesanan seperti telur tetas, bibit puyuh(DOQ), bibit puyuh stater, bibit puyuh
grower, dll. Pesanan datang dari
berbagai daerah dengan tingkat harga bervariatif.
III.
PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANGAN
A. Tempat dan Waktu
Pelaksanaan praktek lapangan
dilakukan di Desa Tugumulyo kecamatan Lempuing Kabupaten Ogan Komering
Ilir. Penentuan lokasi dilakukan dengan
sengaja(purposive) dan dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut berpotensi
dalam Agribisnis pembibitan burung puyuh(Cortunik
cortunik japonica). Kegiatan praktek
lapangan akan dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga februari 2012.
B. Alat dan Bahan
Dalam
pelaksanaan praktek lapangan(PL) ini, alat yang dipergunakan adalah buku tulis,
pena/pensil, alat perekam, alat pengambil gambar, dll. Sedangkan bahan yang digunakan berupa perangkat mesin tetas, telur, indukan,
petani contoh, daftar quisioner, dll.
C. Metode Praktek Lapangan
Metode
yang digunakan dalam penelitian praktek lapangan ini adalah metode studi kasus(case
study) terhadap peternak burung puyuh yang mengusahakan pembibitan dan
penetasan burung puyuh di Desa Tugumulyo Kecamatan Lempuing Kabupaten Ogan
Komering Ilir. Tujuan dari metode kasus
(case study) adalah dapat digunakan untuk mengamati data masalah yang dijadikan
objek penelitian, dimana pada metode ini merupakan suatu bagian dengan
mengambil satu orang petani contoh sebagai responden. Sampling disini adalah peternak yang
melakukan pembibitan dan penetasan burung puyuh.
D.
Metode penarikan contoh dan pengumpulan data
Metode
yang dilakukan adalah metode observasi dan partisipasi langsung, serta tinjauan
pustaka untuk mampu mengumpulkan data-data yang kongkrit. Data yang dikumpulkan meliputi data primer
dan data skunder. Data primer diperoleh
dari hasil wawancara langsung dan pengamatan dilapangan dengan cara mengisi
data quisioner yang telah disiapkan, sedangkan data skunder merupakan data
penunjang yang diperoleh dari instansi dan di dukung pustaka-pustaka yang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
burung kecil unik dan lucu... cara pelihara puyuh petelur
BalasHapusMw tanya pakan yg fi kasihkan u pembibitan / yg di kawinkan itu di kasih apa ?
BalasHapusOnline baccarat games - Wolverione
BalasHapusWe have 1xbet listed a list of online 샌즈카지노 baccarat games for you to play at the Wolverione. Check out the top promotions, top games and much more, plus get worrione £100
Casino Site - LuckyClub
BalasHapusCasino is an online gambling site that offers over 100 real money games for players from all over the world. It is licensed and regulated in Costa Rica.Casino Rank: Best Casino: 450+Casino Games: 1000+Live Chat: luckyclub.live Live Chat